“Buruh Pelabuhan Siap Duduki Istana : Tuntut Keadilan Pendidikan dan Hak Belajar”

“Buruh Pelabuhan Siap Duduki Istana : Tuntut Keadilan Pendidikan dan Hak Belajar”

 

 

Jakarta,  14 Oktober 2025, TKBM News — Gelombang kesadaran baru muncul dari kawasan pelabuhan. Di tengah hiruk-pikuk bongkar muat barang, suara kaum buruh kini menggema lebih keras dari suara mesin crane:
mereka menuntut hak untuk belajar, hak untuk bermimpi, dan hak untuk diakui sebagai bagian dari bangsa yang berdaulat atas ilmu dan masa depannya.

Gerakan ini digelorakan oleh Serikat Pekerja TKBM Indonesia (SP TKBM Indonesia) melalui inisiatif besar yang mereka sebut “Program Buruh Sekolah dan Buruh Sarjana.”
Gerakan ini lahir dari keprihatinan mendalam bahwa selama puluhan tahun, buruh pelabuhan—yang menjadi tulang punggung distribusi ekonomi nasional—tak pernah benar-benar mendapatkan akses pendidikan yang layak, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi anak-anak mereka.

“Kami bukan menuntut belas kasihan. Kami menuntut keadilan. Negara sudah memiliki Dana Abadi Pendidikan ratusan triliun rupiah, tetapi buruh pelabuhan tetap terpinggirkan dari akses pendidikan. Kami hanya ingin ikut belajar, ikut mencerdaskan bangsa seperti amanat konstitusi,”
tegas Subhan Hadil, Ketua Umum Pimpinan Pusat SP TKBM Indonesia.

Dana Abadi Pendidikan Menggunung, Tapi Tak Menetes ke Pelabuhan

Menurut data resmi, Dana Abadi Pendidikan Indonesia telah mencapai lebih dari Rp146 triliun, sedangkan anggaran Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan LPDP setiap tahun mencapai puluhan triliun.
Namun, program-program itu gagal menyentuh kaum buruh pelabuhan — mereka yang bekerja siang malam demi menggerakkan roda logistik nasional dan perekonomian rakyat.

“Anak buruh masih banyak yang putus sekolah karena biaya. Para buruh sendiri tidak punya kesempatan meningkatkan kapasitasnya.
Sementara dana pendidikan mengendap dan hanya berputar di kalangan tertentu,”
lanjut Subhan.

Buruh Pelabuhan : Dari Gelanggang Bongkar Muat Menuju Ruang Kuliah

Melalui Kampus Rakyat – Gratis Sekolah & Sarjana Buruh Pelabuhan, SP TKBM Indonesia mulai membangun sistem pendidikan alternatif:

  • Paket A, B, dan C untuk buruh yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.
  • Program Sarjana Gratis bagi buruh dan anak buruh, bekerja sama dengan perguruan tinggi dan mitra pendidikan nasional.
  • Pelatihan vokasi dan sertifikasi kerja berbasis industri pelabuhan dan logistik.
Baca Juga  Buruh Bongkar Muat Menjerit❗ “SP TKBM Indonesia Desak Presiden Prabowo–Wapres Gibran:Segera Turun Sidak ke Priok!”

Semua program itu dikelola secara mandiri, transparan, dan gotong royong, dengan semangat “dari buruh, oleh buruh, untuk masa depan buruh.”

Tuntutan Buruh : Negara Harus Hadir

SP TKBM Indonesia menyerukan kepada Presiden Republik Indonesia untuk :

  1. Melakukan evaluasi total terhadap Dana Abadi Pendidikan, LPDP, dan KIP, agar penggunaannya berpihak kepada kelompok pekerja dan masyarakat akar rumput.
  2. Membentuk program nasional “Buruh Sekolah dan Buruh Sarjana” yang menjamin akses pendidikan gratis bagi buruh pelabuhan, pekerja informal, dan keluarganya.
  3. Membuka pintu kolaborasi antara pemerintah, kampus, dan dunia industri dalam pemberdayaan pendidikan buruh.

“Kami siap belajar, siap maju, dan siap membangun negeri ini dari pelabuhan.
Tapi bila negara menutup mata terhadap nasib kami, maka kami siap datang ke istana — bukan untuk menggugat, tapi untuk mengembalikan nurani kebangsaan yang hilang,”
ujar Subhan dengan nada tegas namun penuh harap.

Gerakan Nasional : Dari Dermaga untuk Indonesia

SP TKBM Indonesia juga menyerukan solidaritas nasional:

  • Kepada mahasiswa dan akademisi, untuk turun mendukung gerakan pendidikan bagi buruh.
  • Kepada serikat pekerja di seluruh Indonesia, untuk bersatu memperjuangkan hak belajar bersama.
  • Kepada masyarakat sipil, tokoh agama, dan media, untuk menyuarakan keadilan pendidikan bagi kaum buruh.

Gerakan ini bukan hanya tentang buruh pelabuhan. Ini adalah gerakan moral untuk menegakkan kembali amanat Pasal 31 UUD 1945, yang menegaskan bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.”

“Kami Akan Datang Bukan dengan Amarah, Tapi dengan Buku dan Pena”

Dalam setiap pelabuhan kini mulai muncul ruang belajar kecil, tenda-tenda literasi, dan kelas malam di antara kontainer.
Itulah wajah baru perjuangan buruh pelabuhan — wajah yang bercahaya oleh semangat perubahan, bukan hanya oleh keringat kerja.

“Kami akan datang ke istana bukan dengan amarah, tapi dengan buku dan pena.
Kami ingin menunjukkan bahwa buruh juga bisa berpikir, menulis, dan memimpin masa depan bangsa,”
tutup Subhan Hadil.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan