5.000 Buruh Pelabuhan, Perwakilan dari Seluruh Indonesia Siap ke Istana
Desak Evaluasi Dana Pendidikan – Akses Sekolah & Kuliah Gratis bagi Buruh
Jakarta, 14 Oktober 2025, TKBM News —Gelombang besar gerakan buruh pelabuhan dari seluruh penjuru Indonesia tengah bersiap menuju Ibu Kota. Sekitar 5.000 buruh pelabuhan, perwakilan dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, dan kawasan berikat industri di seluruh Indonesia, siap menggelar aksi damai ke Istana Negara untuk menuntut evaluasi total pengelolaan Dana Abadi Pendidikan (DAP), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan LPDP, yang selama ini dinilai tidak menyentuh lapisan buruh dan rakyat pekerja.
Gerakan ini digalang oleh Pimpinan Pusat Serikat Pekerja TKBM Indonesia (SP TKBM Indonesia) sebagai bentuk perlawanan moral terhadap ketidakadilan akses pendidikan nasional yang hanya berpihak pada kelompok tertentu.
“Negara Tidak Boleh Tutup Mata terhadap Pendidikan Buruh”
Dalam pernyataan pers yang di gelar di Lapangan Terminal Petikemas Pelabuhan Tg Priok 14/10/2025, Mawi R, Wakil Ketua Bidang Pelabuhan dan Kawasan Berikat Pimpinan Pusat SP TKBM Indonesia, menegaskan bahwa gerakan ini bukan sekadar aksi turun ke jalan, melainkan seruan nurani rakyat pekerja agar negara hadir memberi jalan pendidikan bagi kaum buruh.
“Kami akan datang bukan untuk mengguncang negara, tapi untuk mengguncang kesadaran. Dana Abadi Pendidikan yang nilainya lebih dari Rp146 triliun seharusnya bisa mengangkat buruh dan anak-anak buruh keluar dari lingkaran kemiskinan. Tapi nyatanya, pendidikan masih jadi kemewahan bagi kami,” ujar Mawi R.
Ia menambahkan bahwa selama ini buruh pelabuhan hanya jadi penonton dari megahnya program pendidikan seperti KIP, LPDP, dan beasiswa unggulan. Banyak buruh dan anak buruh yang memiliki semangat belajar tinggi, namun terhenti oleh biaya, birokrasi, dan diskriminasi sosial.
“Kami bukan warga kelas dua. Kami hanya ingin kesempatan yang sama untuk belajar, berkuliah, dan memperbaiki hidup. Kami ingin negara melihat pelabuhan bukan hanya sebagai tempat bongkar muat barang, tapi juga tempat tumbuhnya manusia-manusia pekerja yang berhak bermimpi,” lanjutnya.
“5000 Buruh Bergerak, Membawa Buku, Bukan Batu”
SP TKBM Indonesia menegaskan bahwa aksi ini akan dilakukan secara damai dan tertib. Para buruh pelabuhan akan datang dengan seragam kerja, spanduk tuntutan, dan simbol-simbol pendidikan, bukan dengan kekerasan.
“Kami datang membawa buku, bukan batu. Kami datang dengan pikiran terbuka, tapi juga hati yang terbakar oleh keinginan untuk maju,” tegas Mawi R.
Ia juga menyerukan kepada Presiden untuk segera mengalokasikan sebagian Dana Abadi Pendidikan untuk Program “Buruh Sekolah dan Buruh Sarjana”, sebuah inisiatif nasional yang memungkinkan buruh dan anak buruh menempuh pendidikan Paket A, B, C, hingga Perguruan Tinggi secara gratis dan terstruktur.
Gerakan Nasional untuk Pendidikan Rakyat Pekerja
Gerakan buruh pelabuhan ini kini mulai mendapat gelombang dukungan publik.
Mahasiswa, akademisi, aktivis pendidikan, dan tokoh-tokoh masyarakat menilai langkah SP TKBM Indonesia sebagai gerakan moral terbesar dari kalangan pekerja Indonesia dalam satu dekade terakhir.
Aksi ini tidak hanya menuntut keadilan pendidikan bagi buruh, tetapi juga menggugah empati seluruh rakyat Indonesia bahwa pendidikan bukan milik golongan tertentu, melainkan hak dasar setiap anak bangsa.
“Selama ini buruh dianggap hanya bisa bekerja, bukan berpikir. Tapi hari ini, kami buktikan bahwa buruh juga bisa belajar, buruh juga bisa sarjana. Inilah momentum kebangkitan pendidikan rakyat pekerja Indonesia,” pungkas Mawi R.
Seruan Solidaritas Nasional
SP TKBM Indonesia mengajak seluruh rakyat pekerja, mahasiswa, dan masyarakat sipil untuk bersolidaritas dalam gerakan Buruh Sekolah dan Buruh Sarjana.
Dukungan publik dapat disampaikan melalui aksi damai, liputan media, maupun dukungan moral di seluruh daerah.
“Kami percaya, pendidikan adalah senjata paling kuat untuk mengubah nasib bangsa. Dan kami, buruh pelabuhan, siap berdiri di garis depan perubahan itu,” ujar Mawi R.