Ulama Jakarta Suarakan Kepedulian atas Krisis Air: “Air Adalah Sumber Kehidupan dan Peradaban”

Beranda, Berita, Nasional53 Dilihat

Ulama Jakarta Suarakan Kepedulian atas Krisis Air: “Air Adalah Sumber Kehidupan dan Peradaban”

 

Jakarta, 6 Oktober 2025, TKBM News  – Di tengah meningkatnya ancaman krisis air di Ibu Kota, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jakarta bersama PAM JAYA menggelar lokakarya bertema “Menakar Masa Depan Air di Jakarta, Akankah Menjadi Air Mata?” di Jakarta, Senin (6/10/2025). Acara ini menjadi wadah refleksi dan dialog antara tokoh agama, lembaga publik, serta masyarakat mengenai pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya air di tengah perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat.

Sekretaris Umum MUI Provinsi Jakarta, KH. Auzai Mahfuz, dalam sambutannya menyampaikan bahwa air bukan sekadar kebutuhan dasar manusia, melainkan simbol peradaban dan kemanusiaan. “Ketika kami bersama Ketua Umum MUI di kantor membuat lokakarya, kami membahas perkara penting terkait air,” ujar KH. Auzai. “Air bukan hanya sumber kehidupan, tapi juga cermin peradaban suatu bangsa. Cara kita memperlakukan air menunjukkan seberapa tinggi peradaban kita menghargai kehidupan.”

Menurutnya, dalam pandangan Islam, air memiliki kedudukan mulia. Ia bukan sekadar unsur alam, tetapi juga amanah yang harus dijaga. “Air disebut dalam banyak ayat Al-Qur’an sebagai rahmat dan sumber kehidupan. Maka, menjaga air adalah bagian dari menjaga ciptaan Allah SWT,” tambah Auzai menegaskan.

Sementara itu, Ketua Panitia Lokakarya, KH. Lutfi Hakim,MA dalam sambutannya menyampaikan bahwa krisis air di Jakarta tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia mengajak semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha, untuk bergotong royong mencari solusi berkelanjutan.

“Air adalah sumber kehidupan itu sendiri. Dan itu diakui sejak peradaban manusia dimulai,” tutur KH. Lutfi. “Kita harus memandang air bukan semata-mata dari sisi teknis, tapi juga spiritual, budaya, dan sosial. Karena dari airlah kehidupan manusia tumbuh, dan dari air pula nilai kemanusiaan diuji.”

Baca Juga  KONGRES ISMEI XVI: Rekomendasikan 3 Poin Utama Kepada Pemerintah

Lebih lanjut, KH. Lutfi Hakim menekankan bahwa MUI Jakarta berkomitmen menjadi jembatan antara nilai-nilai keagamaan dan kebijakan publik dalam pengelolaan air. Kolaborasi antara MUI dan PAM JAYA, menurutnya, merupakan langkah konkret menuju tata kelola air yang adil, lestari, dan berpihak pada masyarakat.

Acara lokakarya ini dihadiri oleh sejumlah tokoh agama, akademisi, perwakilan pemerintah daerah, serta para pegiat lingkungan. Diskusi berjalan hangat dan penuh semangat, dengan berbagai gagasan yang mengemuka mulai dari pengelolaan air berbasis komunitas, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, hingga kampanye kesadaran spiritual dalam menjaga air.

Melalui kegiatan ini, MUI Provinsi Jakarta berharap dapat menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa air bukan hanya milik individu, tetapi milik bersama yang wajib dijaga keberlanjutannya untuk generasi mendatang. Sebagaimana diungkapkan dalam penutupan acara, “Air adalah rahmat Allah SWT yang harus dirawat dengan cinta, dijaga dengan ilmu, dan dimanfaatkan dengan bijak.”

Dengan semangat kolaborasi lintas sektor ini, lokakarya MUI–PAM JAYA menjadi momentum penting untuk mengubah paradigma pengelolaan air di Jakarta—dari sekadar urusan teknis menjadi panggilan moral dan spiritual untuk menyelamatkan sumber kehidupan di tengah ancaman krisis yang kian nyata.

(Reporter: Ki Ageng Sambung Bhadra Nusantara)