Pemerintah Harus Turun Tangan Terkait Perpecahan Di Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Pusat
Jakarta TKBM News, 23 Desember 2024 – Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah tegas untuk menyelesaikan konflik dualisme kepemimpinan yang tengah melanda Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Pusat. Dua kubu yang saling mengklaim sebagai pengurus sah telah menciptakan kebingungan, merusak keharmonisan dalam gerakan koperasi, dan menghambat perkembangan sektor koperasi di Indonesia.
“Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk segera menyelesaikan konflik ini, agar Dekopin dapat kembali berfungsi sesuai dengan tujuan dan visi misinya,” ungkap Suyanto, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) – Jakarta Timur, dalam keterangan tertulisnya. Ia menekankan bahwa ketidakjelasan kepemimpinan ini berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap Dekopin sebagai motor penggerak koperasi nasional.

Masalah dualisme kepemimpinan ini, terjadinya klaim dari kedua kelompok yang merasa sah dan diakui oleh pemerintah. Hal ini mulai mempengaruhi berbagai program pengembangan koperasi yang seharusnya dapat berjalan dengan lancar, namun kini terhambat karena perpecahan di tubuh Dekopin.
“Situasi ini memerlukan langkah tegas dan konkrit dari pemerintah untuk memfasilitasi dialog antara kedua pihak demi menemukan solusi terbaik bagi koperasi Indonesia,” tambah Suyanto.
Konflik ini dimulai sejak kepengurusan Dekopin periode 2019 – 2024 , yang berlanjut hingga periode 2024 – 2029 , dengan masing-masing kubu mengklaim legitimasi mereka. Baru-baru ini, dua Munas Dekopin digelar di lokasi yang berbeda, yakni di Asrama Haji Pondok Gede – Jakarta Timur pada 1-2 Desember 2024 yang mengangkat Priskianto, dan di Hotel Mercure Ancol – Jakarta Utara pada 18-19 Desember 2024 yang mengangkat Nurdin Halid.
Masing-masing pihak saling mempertahankan posisi mereka dan mengklaim bahwa proses yang mereka jalani lebih sah. Namun, kebingungan yang timbul akibat dualisme kepemimpinan ini mengancam kelancaran dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan utama mereka, yakni meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Sejauh ini, pemerintah belum memberikan tanggapan resmi terkait konflik ini, namun banyak pihak berharap agar masalah ini dapat segera diselesaikan demi kemajuan gerakan koperasi dan perekonomian Indonesia ke depan.
Tentang Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)
Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) merupakan wadah bagi gerakan koperasi di Indonesia, yang berperan penting dalam mengembangkan dan memperjuangkan kepentingan koperasi sebagai pilar utama perekonomian nasional. Dekopin bertugas mengadvokasi kebijakan yang mendukung koperasi, memberikan edukasi, dan mendorong koperasi agar berkembang secara sehat dan berkelanjutan di seluruh Indonesia.
Dekopin juga berfungsi sebagai mitra pemerintah dalam menciptakan regulasi yang berpihak kepada koperasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam gerakan koperasi. Sebagai organisasi yang berskala nasional, Dekopin memiliki peran vital dalam memperkuat sektor koperasi dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Mengapa Terjadi Dualisme Kepemimpinan Dekopin?
Dualisme kepemimpinan Dekopin muncul akibat adanya konflik internal yang terkait dengan perbedaan pandangan dalam pemilihan atau pergantian kepemimpinan. Hal ini mencakup dugaan kecurangan, ketidaksesuaian prosedur, dan perbedaan visi dalam arah kebijakan organisasi. Salah satu kubu menganggap proses pemilihan sah, sementara kubu lainnya menganggap prosedur yang dilakukan melanggar aturan yang ada.
Ketegangan antara kedua kubu ini semakin memperburuk keadaan dan menimbulkan polarisasi di kalangan anggota. Kubu yang satu mengklaim legitimasi lebih kuat, sementara yang lain mernganggap proses yang mereka jalani lebih sah. Dampak dari konflik ini sangat signifikan, karena dapat mengganggu perkembangan koperasi di Indonesia dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap Dekopin.
Dampak Konflik terhadap Gerakan Koperasi
Konflik yang terjadi di Dekopin memberikan dampak buruk bagi gerakan koperasi di Indonesia. Ketidakjelasan arah kepemimpinan mengurangi kepercayaan publik terhadap koperasi sebagai solusi alternatif ekonomi, sehingga menurunkan partisipasi masyarakat dalam berkoperasi. Program-program penting seperti pelatihan dan pengembangan usaha terhambat, dan Dekopin menjadi kesulitan dalam menjalankan tugas-tugasnya secara efektif.
Konflik ini juga mengurangi sinergi antar gerakan koperasi, serta membatasi potensi kolaborasi yang seharusnya dapat memperkuat koperasi secara keseluruhan. Akibatnya, keberlanjutan gerakan koperasi bisa terganggu, mengingat perhatian lebih terfokus pada penyelesaian konflik daripada pengembangan sektor koperasi.
Islah sebagai Solusi
Dalam menghadapi konflik ini, islah atau rekonsiliasi menjadi solusi yang sangat penting untuk mengembalikan kedamaian dan kesatuan dalam Dekopin. Proses islah memungkinkan kedua pihak yang berseteru untuk menemukan titik temu dan menyelesaikan perbedaan dengan cara yang damai dan konstruktif.
Islah tidak hanya tentang mengakhiri konflik, tetapi juga membuka ruang untuk dialog terbuka dan komunikasi yang jujur. Dengan proses islah yang dilakukan dengan niat baik, kepercayaan antar kubu dapat dipulihkan, dan fokus kembali pada tujuan bersama untuk memperjuangkan kesejahteraan dan kemajuan anggota Dekopin.
Melalui islah, Dekopin bisa kembali memperkuat perannya dalam mendukung pengembangan koperasi di Indonesia dan menjadi pilar penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, penyelesaian konflik ini dengan cara damai dan adil sangat diperlukan agar gerakan koperasi tidak terhambat dan tetap berkembang.




