Pilkada di Antara Tim dan Calon Gubernur: Sekali Datang, Tak Butuh Kembali Lagi

Dalam proses pemilihan kepala daerah (Pilkada), relasi antara calon gubernur dan tim suksesnya seringkali menyerupai fenomena “sekali datang, tak butuh kembali lagi.” Fenomena ini mencerminkan pola kerja sama yang intens sementara waktu, tetapi segera memudar begitu tujuan politik telah tercapai.
Pada masa kampanye, calon gubernur dan tim sukses bekerja keras membangun komunikasi intensif. Sesi pertemuan, strategi lapangan, hingga pendekatan ke masyarakat dilakukan secara sistematis dan terencana. Tim sukses, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru, menjadi tumpuan utama untuk meyakinkan pemilih. Mereka membangun citra positif, menanggapi kritikan, dan merespons aspirasi masyarakat, seakan-akan komitmen mereka tidak akan berakhir.

Namun, realitas yang sering terjadi setelah terpilih adalah perbedaan prioritas antara calon yang telah terpilih dan tim sukses. Begitu kemenangan diraih, intensitas komunikasi dan kolaborasi sering menurun drastis. Beberapa tim sukses merasa seolah-olah kontribusi mereka selama kampanye dilupakan, dan terputusnya hubungan ini bisa menimbulkan kekecewaan. “Sekali datang, tak butuh kembali lagi” seakan menggambarkan relasi ini, di mana tim sukses merasa seolah-olah peran mereka hanya dibutuhkan sementara, tanpa ada kesinambungan ketika tujuan politik sudah tercapai.
Hal ini mencerminkan realitas politik yang kadang kurang menghargai dedikasi tim di balik layar. Untuk menciptakan politik yang lebih inklusif dan berkelanjutan, seharusnya ada pola kerja sama jangka panjang antara pemimpin terpilih dan tim yang mendukungnya. Keterlibatan yang berkesinambungan dapat menghidupkan kembali semangat tim sukses untuk bekerja dengan dedikasi demi kepentingan masyarakat. Sebab, dengan adanya apresiasi yang berkelanjutan, bukan hanya kemenangan politik yang diraih, tetapi juga kepercayaan masyarakat yang semakin kuat.



